Pesan utama:
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) adalah urat nadi perekonomian Asia Tenggara. Namun, mereka tidak cukup memiliki akses produk keuangan dibanding dengan bisnis yang lebih besar, serta memiliki hambatan besar terhadap solusi digital di dunia pasca-pandemi.
Ada lebih dari 70 juta UMKM di Asia Tenggara, dan telah mempekerjakan lebih dari 140 juta orang. Kondisi ini mencakup setidaknya 90% dari semua perusahaan, yang banyak berpotensi tidak termasuk hitungan karena akses digital yang buruk.
Indonesia memiliki pangsa UMKM terbesar, dengan total lebih dari 64 juta unit. Negara ini juga memiliki salah satu populasi unbanked tertinggi – 66% atau 180 juta orang dari 260 juta penduduknya tidak memiliki rekening bank. Penggiat UMKM yang tidak memiliki rekening bank kerap tidak memiliki akses keuangan penting seperti pinjaman tradisional.
Akses ke perbankan tradisional juga memerlukan data pribadi – seseorang perlu memiliki dokumen untuk memverifikasi identitas mereka, atau menjadi bagian dari suatu organisasi. Bagi banyak individu yang tidak memiliki rekening bank, kepribadian mereka biasanya tidak terdokumentasi.
Dengan populasi yang sebagian besar unbanked dan underbanked, UMKM di Indonesia terpaksa menggunakan solusi pembayaran yang tidak efisien. Hal ini dapat menyebabkan masalah likuiditas dan arus kas yang tidak mencukupi.
Singapura tidak kebal masalah ini meskipun memiliki ekonomi yang sangat maju dengan tingkat penetrasi digital yang besar. Negara ini tidak memiliki sumber daya alam dan harus mengimpor banyak barang dan jasa dari negara tetangga seperti Indonesia.
Satu dari sepuluh UMKM di Singapura mengalami kesulitan pembayaran, di mana mereka tidak memiliki cukup uang tunai atau likuidasi untuk tiga bulan ke depan. Jumlah ini lebih besar di Indonesia, di mana UMKM menghadapi infrastruktur pembayaran yang belum berkembang dan kurangnya akses digital.
Banyak UMKM mengandalkan faktur berbasis kertas yang tidak efisien untuk memproses pembayaran. Faktur ini melewati sistem perbankan tradisional dan membutuhkan waktu yang lama untuk diproses, terutama jika mereka berurusan dengan pemasok, vendor, atau pedagang di berbagai negara di kawasan Asia Tenggara. Pemasok, vendor, dan pedagang ini menyediakan barang dan jasa yang biasanya lebih murah atau mungkin menyediakan layanan yang tidak tersedia di negara asal mereka.
Lamanya waktu pemrosesan dapat dikaitkan dengan banyak perantara yang terlibat dalam pembayaran lintas batas dan jaringan pembayaran domestik yang berbeda yang mengarah pada pengalaman pembayaran yang tidak konsisten.
Sebanyak 48% dari 1096 responden dalam Survei Bisnis Nasional Singapura 2021/2022 percaya bahwa digitalisasi dapat mengoptimalkan operasi mereka. Namun, 52% dari mereka menyebutkan beban biaya-lah yang menjadi penghambat mereka. Di Indonesia, hambatan digitalisasi semakin besar karena minimnya akses digital.
Stablecoin seperti XSGD dan XIDR dapat memfasilitasi pembayaran yang efisien untuk UMKM baik di dalam negeri maupun internasional. Mereka dapat menyelesaikan transaksi mereka antara 40 detik dan 6 menit, tergantung pada protokol token dan beban jaringan.
Mereka juga dapat memotong biaya transaksi karena hanya perlu membayar biaya jaringan blockchain yang menghadap penerima. Biayanya tidak sesuai dengan pertimbangan ruang atau batas – hanya berdasarkan beban jaringan.
Bagi banyak orang Indonesia atau daerah dengan penetrasi digital yang rendah, menerima dan menerima pembayaran offline menjadi fokus utama mereka. XSGD dan XIDR dirancang untuk menerima dan mencairkan pembayaran secara offline – smart contract memastikan transaksi yang lebih private, aman, dan mudah terlacak.
Hal Ini berarti bahwa individu unbanked dan underbanked dapat bertukar stablecoin selama mereka memiliki perangkat seluler yang kompatibel. Mereka dapat membuat kartu berkemampuan blockchain dengan XSGD atau XIDR dari dompet seluler mereka untuk membayar barang atau jasa. Perangkat lunak yang disematkan pada kartu memungkinkan penandatanganan off-chain antara kartu dan terminal, serta memudahkan transfer XSGD atau XIDR ke dompet pedagang. Pembayaran kemudian diverifikasi dalam blockchain.
StraitsX berkomitmen untuk membantu mengurangi hambatan pembayaran domestik dan internasional UMKM dengan menawarkan penggunaan Akun Bisnis StraitsX secara gratis dan mudah dipahami.
Prosesnya mudah:
Catatan: Jika Anda adalah individu atau institusi dengan nilai entitas tinggi, Anda dapat memanfaatkan fitur OTC Desk StraitsX yang menawarkan likuiditas tinggi dan perdagangan blok OTC.
StraitsX dan mitra DeFi kami secara khusus melayani pengguna kami di Indonesia dan Singapura dengan dukungan XSGD dan XIDR. Hal ini memungkinkan investor regional kami untuk menukar mata uang asal mereka untuk meminimalkan biaya transaksi dan slippage, dibanding cara tradisional dengan Dolar AS (USD) yang memiliki biaya konversi.